Apa yang kalian temukan jika mencari sesuatu di google dengan keyword“10 orang terkaya di dunia” ?. Ya, kalian akan menemukan daftar
nama-nama orang terkaya dan semuanya adalah pemilik dari suatu perusahaan
besar, atau lebih tepatnya memiliki porsi kepemilikan saham disuatu perusahaan
besar tertentu. Sebut saja Warren Buffet, seorang investor tersukses
dengan sebutan “Oracle of Omaha” yang merubah perusahaan textil
Berkshire Hathaway menjadi perusahaan investasi terbesar dengan kapitalisasi
pasar sebesar 683 miliar dollar selama 60 tahun (Arnold, G. 2020). Menganut
filosofi value investing yang digagas oleh gurunya yaitu
Benyamin Graham, Warren Buffet berhasil menjadi salah satu orang
terkaya di dunia melalui investasi saham.
Investasi di pasar modal khususnya saham memiliki peluang yang sangat besar
untuk melipatgandakan modal kita dan hal ini sering disebut dengan istilah
“the power of compounding interest”. Dengan memahami konsep
“compounding interest”, kita bisa mengetahui inti sari dari kesuksesan
berinvestasi saham. Kapitalisasi pasar ?, value investing ?, compounding
interest ?, istilah apa itu ?. Lalu apa pentingnya berinvestasi di saham ?.
Well, agar penjelasan mengenai topik “apa sih pentingnya investasi saham ?” bisa lebih mudah dipahami, aku akan jelasin hal ini melalui cerita
pengalamanku berinvestasi di saham. Oke, langsung saja kita ke cerita bagian
pertama.
Bagian 1 : Masa Lalu (Belajar menghargai Proses yang Telah Terjadi)
Sebelumnya, perkenalkan namaku Edo dan kalian boleh memanggilku dengan nama
itu. Aku lahir di kabupaten Mojokerto, Jawa Timur tahun 1997 anak ke 3 dari 4
bersaudara. Aku lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Bapakku bekerja
sebagai montir sepeda motor sedangkan ibuku adalah penjual lauk pauk di pagi
hari. Aku Alumni Fakultas Pertanian Universitas Jember angkatan 2017 dan baru
saja wisuda di bulan Mei 2022 ini. Selama hidup di Jember aku sewa kotrakan
sama temen-temen SMA dengan biaya sewa 6 juta per tahun. Aku juga salah satu
mahasiswa yang mendapatkan beasiswa bidikmisi. Aku jelasin dikit bagi kalian
yang tidak tau beasiswa bidikmisi. Beasiswa bidikmisi sendiri merupakan
bantuan yang disiapkan pemerintah untuk biaya kuliah bagi mahasiswa yang
kurang mampu. Selama 4,5 tahun di kampus yang aku pelajari ya mengenai
seluk-beluk pertanian seperti fisiologi tanaman, pemupukan, membajak sawah,
menanam padi, mempelajari hama dan penyakit tanaman, kultur jaringan tanaman,
dan lain-lain tentang pertanian. Semua yang aku pelajari saat kuliah tidak ada
hubunganya dengan saham. Terus kok bisa mahasiswa fakultas pertanian bisa
terjun ke dunia saham ?
foto kontrakanku saat tinggal di Jember
Awal mula aku mengenal dunia saham itu pada tahun 2018. Ada teman
se-kontrakanku yang merupakan anggota KSPM (Kelompok Studi Pasar Modal) di
Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Dia menjelaskan ke aku tentang saham dan
mengajak ikut SPM (Sekolah Pasar Modal), dimana waktu itu aku sama sekali
tidak tau apa itu saham dan dipikiranku hanya “saham bisa bikin kaya, saham
bisa bikin dapet uang tanpa kerja, di saham bisa untung ratusan persen dan
cerita manis-manis lainnya”. Dari situ aku mulai tertarik dan bertanya dalam
hati “kok dunia saham menarik ya, apa sih saham itu?”. Setelah itu, ikutlah
aku dalam acara sekola pasar modal (SPM) dan membayar 100 ribu rupiah untuk
membuat akun di salah satu sekuritas yang bekerjasama di acara tersebut.
Disana aku dijelasin tentang dasar analisis teknikal (mempelajari pola chart,
candlestick, pattern, dll) dan juga analisis fundamental (ROE, EPS, PER PBV,
dll) dan bodohnya aku tidak paham semua itu.
Singkat cerita aku menabung setiap bulan untuk membeli saham. Mungkin kalian
bertanya, dapat uang dari mana kan kamu masih kuliah, mahasiswa bidikmisi lagi
?. jawabannya ya aku kerja. Aku ingat pas masuk semester 5 aku mulai kerja.
Apa pun aku lakuin dari angkat makanan buat makan siang di salah satu SD
Muhammadiyah di jember (SD-nya bagus banget dan kebanyakan anak orang menengah
ke atas sekolah di situ) dengan bayaran 25 ribu per hari, ikut proyek dosen,
kerja di StartUp budidaya maggot dengan gaji 1 juta perbulan. Bagi yang belum
tau, maggot itu larva dari lalat BSF (Black Soldier Fly) yang kaya akan
kandungan protein dan biasanya dibuat untuk pakan unggas atau ikan.
Foto tempat kerja di tempat pembudidayaan maggot
Selama sekitar 2 semester aku kerja, akhirnya aku bisa nabung sekitar 10
jutaan. Waktu itu aku seneng banget karena punya motivasi dan bisa cari uang
sendiri untuk nabung di saham. Mulai dari situ uang hasil tabungan aku buat
trading. Beli saham dari rekomendasi temen, modal cap-cip-cup kembang kuncup
dan pokok tidak pakai analisa sama sekali. Awalnya untung, lalu untung lagi
dan besoknya rugi. Gitu aja terus dan uangnya pun tidak berkembang. Hingga
pada waktunya tibanya IHSG crash bulan maret 2020. Aku rugi di saham sampai 50
%. Waktu itu aku syok banget dimana kesan pertama yang diceritakan bahwa saham
bikin kaya, bisa dapat uang tanpa kerja, bisa finansial freedom lalu tiba-tiba
mengalami crash yang tak terduga dan ternyata tidak seindah yang dikatakan.
Uang yang aku kumpulin selama 1 tahun tinggal setengah hanya kurang dari 1
minggu.
Bulan maret 2020 adalah bulan paling buruk sekaligus bulan pencerahan bagiku.
Aku sadar berinvestasi di saham tidak semudah beli lalu di jual dan bisa
untung. Hingga suatu ketika aku menemukan chanel youtube milik Andika Sutoro
Putra yang menjelaskan tentang value investing gagasan Benyamin Graham. Disitu
aku mulai sadar bahwa diperlukan analisa untuk memilih suatu saham. Setiap
hari aku melihat penjelasan di youtube dan membaca buku beliau yang berjudul
“Anak Muda Miliarder Saham”. Entah kenapa aku sangat bergairah dan tertarik
mempelajari dunia saham lebih mendalam (sebelumnya tidak pernah aku se
tertarik ini mempelajari sesuatu). Mulai sejak itu tiap bulan aku rutin
membeli 2 buku dari uang sisa yang ada di RDN (Rekening Dana Nasabah). Sudah
puluhan buku tentang investasi yang aku baca dari kitab sucinya pada investor
yaitu “The Intelligent Investor” cetusan Benyamin Graham, buku karya Peter
Lynch berjudul “Beating the Street dan One Up on Wall Street”, “Value
Investing” karya Pak Teguh Hidayat, “Cara Simpel Berinvestasi Di Pasar Modal
Vol. 1 Dan 2” karya Pak Joeliardi Sunendar dan masih banyak buku lain dari
para senior-senior di pasar modal. Mereka semua adalah guru Imajiner
bagiku.
Dari perjalanan mencari jati diri di pasar modal aku tersadar bahwa sesuatu
yang besar berawal dari proses yang kecil dan konsisten. Konsep ini juga aku
temukan di buku “Atomic Habits” karya James Clear yang menjelaskan tentang
perubahan positif sekecil apapun kalau dilakukan secara konsisten maka bisa
memiliki efek yang luar biasa di masa depan. Begitupun dengan perusahaan yang
membutuhkan proses dan waktu panjang untuk bisa bertumbuh semakin besar. Di
sini aku juga memahami bahwa harga setiap lembaran saham yang kita beli adalah
cerminan dari proses panjang perusahaan dalam bertumbuh.
Bagian 2 : Masa Sekarang (Berani Mengambil Keputusan Berdasarkan Data Dan
Fakta)
Kita mundur sedikit ke bulan oktober 2021 tepatnya tanggal 18 hari senin. Di
waktu itulah aku membulatkan tekat untuk membentuk suatu manajemen investasi
dengan nama Edospartnership. Aku mencari mitra yang mau uangnya aku kelola
untuk di investasikan di saham. Hal ini aku lakukan karena terinspirasi
(meniru) dari Warren Buffet yang membuka sebuah kemitraan saat beliau berumur
25 tahun setelah berguru pada Benyamin Graham. Dana kelolaan Warren Buffet
tumbuh sebesar 2.610,6 % dalam kurun waktu 12 tahun hingga mengungguli indeks
Dow Jones (Arnold, G. 2020).
Sekarang sudah 7 bulan aku mengelola dana mitraku di dunia saham. Apa tidak
takut dana mitra hilang seperti awal masuk dunia saham ?. Lebih tepatnya sih
waspada dan konservatif bukan takut. Ketakutan muncul karena ketidaktauan,
sedangkan waspada dan konservatif didasarkan pada pengetahuan dari pencarian
data dan fakta. Oke biar lebih jelas aku beri analogi. Saat kita memberi saham
A tanpa suatu analisa apapun, kita akan selalu diliputi rasa takut (fear)
selama memegang saham itu dan apalagi kalau harganya turun. Berbeda dengan
itu, jika kita membeli saham A dengan dasar analisa yang mendalam serta
konservatif maka kita akan santai saja menyimpan saham tersebut dan apabila
harganya turun kita bisa lebih waspada serta mencari tau penyebab harganya
turun. Jika penyebabnya diluar kinerja dan fundamental perusahaan, maka kita
makin senang karena mendapat harga diskon untuk membeli lagi saham itu.
Inilah konsep value investing dimana kita diajari untuk membeli barang
bagus, dibeli di harga yang bagus/dibawah harga wajar (margin of safety),
serta memberikan kesempatan kepada waktu untuk membuktikan kinerja perusahaan
yang sahamnya kita beli. Itu sebabnya mengapa suatu analisa dalam mengambil
keputusan untuk membeli saham itu penting. Sampai sekarang aku pun membiasakan
diri untuk menganalisa suatu perusahaan agar kemampuanku semakin terasah.
Setiap hari membuka web BEI (Bursa Efek Indonesia) dan web perusahaan terbuka
untuk mencari sumber data seperti laporan keuangan, laporan tahunan,
prospektus, public expose, serta sumber-sumber berita yang dapat dipercaya.
Keyakinan terbentuk karena pengalaman dan pengetahuan. Dengan keyakinan yang
kuat kita bisa mengambil keputusan yang lebih tepat.
Bagian 3 : Masa Depan (Berfikiran Visioner Bukan Hanya Berangan-Angan)
Oke, sebelumnya aku akan jelasin dulu apa arti visioner ini. Visioner yang ku
maksud disini adalah cara pandang seseorang terhadap masa depan yang
didasarkan pada pengetahuan atas masa lalu dan masa sekarang sehingga bisa
membaca dan menyinergikan potensi yang ada di masa depan. Artinya, kita harus
tahu dulu pola apa yang telah terjadi di masa lalu dan mengambil keputusan
yang tepat di masa sekarang agar bisa mencapai masa depan yang telah di
visi-kan. Terus pertanyaannya, apa hubungannya berfikir visioner ini dengan
investasi saham ?. Apakah kalau kita berinvestasi di saham kita harus
berfikiran visioner (masa depan) ?. Yap, menurutku sangat diharuskan. Saat
kita melakukan investasi saham, tujuan kita ada di masa depan bukan dimasa
sekarang. Oleh karena itu, kita harus bisa membayangkan masa depan yang kita
inginkan itu seperti apa ?. Dan tentunya bayangan itu didasarkan pada riset
(pengumpulan data dan fakta) yang telah terjadi di masa lalu.
Oke, aku akan memberikan contoh biar lebih mudah dipahami. Saat kita mau
berinvestasi (membeli) saham perusahaan, kita harus mencari tau dulu latar
belakang dan masa lalu dari perusahaan tersebut. Gampangannya kita cari tau
dulu track recordnya. Apa sih tujuan mencari tau track record perusahaan
segala? Ya agar saat kita membeli saham tersebut tidak dengan menutup mata.
Kalau kata pak Lo Kheng Hong seorang investor senior di indonesia “jangan
membeli kucing dalam karung”. Misal kita mau membeli perusahaan A. kita
pelajari dulu perusahaan A ini seperti apa? Masa lalu perusahaan bagaimana ?,
perusahaan bergerak disektor apa ?, Model bisnisnya seperti apa ? dan
lain-lain, sehingga kita bisa tau (membayangkan) masa depan perusahaan ini
bergerak ke arah mana. Kalau kita bisa membayangkan seperti itu, maka secara
tidak langsung kita bisa meminimalisir resiko yang akan terjadi di masa depan.
Misal kita bisa membayangkan bahwa perusahaan A dimasa depan berpotensi
bangkrut karena sebelumnya kita sudah mencari tahu seluk-beluk perusahaan
seperti track record masa lalu perusahaan jelek, manajemen perusahaan buruk,
arus kas operasional perusahaan selalu negatif, perusahaan selalu merugi dan
indikasi-indikasi buruk lagi tentang perusahaan, maka kita bisa mengambil
keputusan untuk tidak membeli saham perusahaan tersebut. Jadi menurutku, makna
pentingnya investasi saham di bagian 3 ini adalah “dengan kita belajar
berinvestasi saham, kita bisa meningkatkan kepekaan kita terhadap perubahan
yang akan terjadi dimasa depan” dan kita bisa berfikir lebih visioner serta
open minded.
Oke, kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya. Kalau kamu bisa berfikir visioner,
terus di masa depan kamu tuh pengennya jadi seperti apa ?. Jujurly, pertanyaan
ini yang terus terngiang-ngiang dipikiranku saat aku overthinking sebelum
tidur. Keputusanku atas hal ini adalah ingin menjadi seorang filantropi.
Kenapa kamu memilih ingin menjadi filantropi ?. Karena menurutku, seorang
filantropi itu hidupnya dipenuhi dengan rasa cinta. Mereka bisa bahagia
melihat orang lain sejahtera dan oleh karena itu seorang filantropi rela
mendedikasikan waktu, uang dan tenaganya untuk bisa menyejahterakan orang yang
kurang mampu. Aku pun ingin menjadi seperti itu, setidaknya bisa
menyejahterakan orang kurang mampu di sekitar daerah rumahku.
Menurutku konsepnya cukup sederhana, selama beberapa tahun kedepan aku
mengumpulkan modal melalui investasi saham hingga bisa memenuhi kebutuhanku
dan keluargaku (finansial freedom). Setelah kebutuhanku terpenuhi baru
keuntungan dari modal selanjutnya akan aku buat untuk menyejahterakan
orang-orang di sekitarku. Entah itu memberi modal untuk pemilik UMKM, memberi
uang untuk berobat, membelikan ternak untuk para peternak, membangun bisnis
real untuk menyerap tenaga kerja, dan lain-lain yang tujuannya untuk
meningkatkan kesejahteraan dilingkungan desaku. Aku menyebut konsep ini dengan
sebutan “menjadi Robinhood dengan cara halal”. Di satu sisi menjadi orang
kapitalis untuk mengumpulkan modal, dan di sisi lain menjadi orang sosialis
untuk menyebarkan modal. Apakah hal ini bisa tercapai di masa depan ?. Tidak
ada seorang pun tau akan masa depan, tapi aku yakin pasti bisa dan tulisan ini
menjadi bukti apakah tujuan ini bisa tercapai atau tidak.
Kesimpulan
Merujuk ke topik dari tulisan ini “apa sih pentingnya investasi saham ?”
mungkin kebanyakan orang memiliki jawaban bahwa invetasi saham itu penting
karena bisa melindungi value (nilai) uang kita dari gerusan inflasi, bisa
membuat kita jadi fenansial freedom, bisa menjadi bagian dari perusahaan tanpa
harus susah payah membangun perusahaan sendiri, bisa membuat kita menjadi
crazy rich, serta beberapa manfaat lain dari berinvestasi di saham. Memang
benar keuntungan dari berinvestasi di saham itu penting, namun menurutku ada
yang lebih penting dalam berinvestasi saham yaitu terbentuknya minset yang
bertumbuh “growth mindset” yang tercermin pada 3 hal berikut.
“Menghargai dan Belajar dari Proses yang Telah Terjadi” cerita bagian 1
tentang masa lalu
“Berani Mengambil Keputusan Berdasarkan Data dan Fakta” cerita bagian 2
tentang masa sekarang
“Mau Berfikiran Visioner Bukan Hanya Berangan-Angan” cerita bagian 3
tentang masa depan.
Benar banget, orang yang ambil investasi saham harus benar-benar riset dulu, supaya bisa meminimal resiko. Thankyou sharingnya mas, menginspirasi sekali perjalanan hidupnya :)
Kerenn banget ini. Anak muda sudah mulai berinvestasi dalam dunia trading. Aku kok malah ngiler sama buku-bukumu sih. Lempar sini donk. Mo baca juga mamak haha.
Wah mas Edo masih muda tapi udah berani belajar dan mengambil keputusan mulai investasi saham. Kebayang jaman saya masih kuliah dulu, mana berani, uang jajan juga masih dikasi ortu. Seneng kalo anak muda bisa growth mindset.
Kisahnya bener benar menginspirasi.. Dan juga banyak daging banget ini.. Ada banyak istilah yang saya baru tahu.. Jadi minat untuk belajar investasi lebih dalam
5 Comments
poin berani mengambil keputusan ini bener banget sih. karena nggak semua orang berani ambil resiko 😁
ReplyDeleteBenar banget, orang yang ambil investasi saham harus benar-benar riset dulu, supaya bisa meminimal resiko. Thankyou sharingnya mas, menginspirasi sekali perjalanan hidupnya :)
ReplyDeleteKerenn banget ini. Anak muda sudah mulai berinvestasi dalam dunia trading. Aku kok malah ngiler sama buku-bukumu sih. Lempar sini donk. Mo baca juga mamak haha.
ReplyDeleteWah mas Edo masih muda tapi udah berani belajar dan mengambil keputusan mulai investasi saham. Kebayang jaman saya masih kuliah dulu, mana berani, uang jajan juga masih dikasi ortu. Seneng kalo anak muda bisa growth mindset.
ReplyDeleteKisahnya bener benar menginspirasi.. Dan juga banyak daging banget ini..
ReplyDeleteAda banyak istilah yang saya baru tahu.. Jadi minat untuk belajar investasi lebih dalam