Zero Food waste Habits : Sebuah Langkah kecil untuk selamatkan Bumi kita



       Begitulah kata-kata almarhumah nenek saya saat saya masih kecil. Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang saat saya sedang berhadapan dengan makanan. Memang jika dipikir secara logis, kata-kata itu hanya untuk membohongi anak kecil yang masih polos agar mau memakan makanan yang sudah disediakan di piring. Namun kata-kata itulah yang membuat saya menjadi pribadi yang mempunyai gaya hidup minim sampah makanan meskipun kini saya sudah bukan lagi anak kecil lagi.

       Motivasi untuk selalu membuat gaya hidup minim sampah makanan harusnya sudah diterapkan secara meluas sejak usia dini, mengingat bahwa anak-anak merupakan insan yang mudah untuk dibentuk karakternya. Jika anak-anak sudah mempunyai gaya hidup untuk meminimalisir sampah makanan, maka setiap detiknya kita sudah mampu mengurangi insan produsen sampah makanan dan dapat mengurangi dampak negatif dari sampah makanan. 


Sampah makanan dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan?

       Dilansir dari website Bandung Food Smart City, Indonesia adalah negara yang menduduki peringkat kedua setelah Arab Saudi dalam hal memproduksi sampah makanan. Setiap tahunnya terdapat 13 juta ton sisa makanan yang terbuang di Indonesia. Sampah makanan yang awalnya terbuang di tempat sampah rumah dan berakhir di TPA akan memproduksi gas yang dapat merusak lapisan ozon yang akan mengakibatkan perubahan iklim di Bumi. Gas-gas tersebut antara lain CO2 dan Gas Hidrokarbon Metana. Gas tersebut akan merusak lapisan ozon dalam jangka panjang. Efeknya, maka akan terjadi perubahan iklim yang drastis dan juga kenaikan suhu udara di bumi. 

Hidden-Effort dalam pembuatan makanan

       Makanan yang kita makan sehari-hari bukanlah suatu hal “Instant” yang muncul begitu saja. Terdapat proses-proses panjang yang harus dilalui. Sebagai contoh, berikut adalah cerita perjalanan panjang nasi sebelum dia dihidangkan di piring. 
  • Pada awalnya, petani harus menyiapkan lahan dan membajak sawah untuk memastikan bahwa tanah yang akan ditanami sudah baik untuk pertumbuhan padi. 
  • Setelah itu barulah benih padi ditanam di sawah dengan tenaga dari para petani. 
  • Pada saat proses penanaman, petani harus selalu memastikan padi tersebut mendapat cukup air dan terhindar dari hama
  • Selang waktu berlalu, akhirnya padi tersebut sudah bisa dipanen dan diolah sehingga bisa dijual di pasar dalam bentuk beras
  • Setelah beras terjual, maka konsumen menanak beras tersebut menggunakan kompor LPG atau dengan rice cooker elektrik
  • Setelah nasi matang, maka nasi tersebut siap dihidangkan di piring 😊
Sangat banyak yang harus dilakukan untuk memperoleh suatu makanan. Mulai dari mempersiapkan Lahan, Tenaga, Air, Waktu, Bahan bakar dan juga Listrik. Pada saat kita membuang makanan, hal tersebut sama halnya dengan kita membuang-buang tenaga dan effort dalam mengolah makanan tersebut. Dengan mengetahui hal ini, semoga kita dapat mengurangi sampah makanan dengan cara menghabiskan makanan yang sudah tersedia di piring kita.

Minimalisir Sampah Makanan dari diri Sendiri

       Bagaikan bom waktu, Efek yang ditimbulkan dari sampah makanan sangat berbahaya dalam jangka panjang. Sampah makanan memang tidak mungkin untuk dihilangkan, namun bukan berarti tidak bisa diminimalisir dampaknya. Beberapa cara yang dapat kita lakukan adalah :
  1. Menghindari “Over-Preparing”
    Menyiapkan makanan secara berlebihan sering sekali dilakukan oleh kebanyakan orang, biasanya dilakukan pada hari-hari khusus misalnya saat hari ulang tahun, saat lolos ke instansi yang diingingkan, saat kenaikan jabatan, atau bahkan juga saat merasa sangat Bahagia entah karena apapun itu 😊. Pada saat menyiapkan makanan, sebaiknya kita menghitung terlebih dahulu untuk berapa porsi kita menyiapkan makanan tersebut.
  2. Menerapkan “Smart-Buying”
    Dalam membeli bahan makanan juga harus bijak. Pastikan kita tau tanggal kadaluarsa dan cara penyimpanannya terlebih dahulu. Bahan makanan yang disimpan secara tepat dan benar akan lebih tahan lama dan tidak mudah mengalami pembusukan.
  3. Memisahkan antara sampah Organik dan sampah Anorganik
    Pemilahan sampah tentu masih berhubungan dengan penanganan dampak dari food waste. Pemilahan sampah ini sebenarnya merupakan cara yang sangat mudah. akan tetapi, nyatanya masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum menerapkannya di rumah.
    Pada saat sampah organic dan anorganik dipisahkan, maka kita sudah berkontribusi untuk mempermudah pengolahan sampah di TPA. Sampah organic sisa makanan kita akan diubah menjadi kompos untuk dijadikan pupuk yang bermanfaat untuk tanaman.
  4. #AmbilMakanHabiskan
    Salah satu cara yang paling mudah untuk kita lakukan adalah membentuk Gaya hidup minim sampah makanan. Ambil makanan secukupnya, Nikmati makanan yang sudah disediakan, dan Habiskan jangan sampai ada yang tersisa (kecuali yang tidak bisa dimakan, misalnya : Tulang ayam dan Kulit pisang). Hal yang menurut kalian kecil ini bisa berdampak sangat besar dalam pengurangan sampah makanan. 
Jika 25% masyarakat Indonesia dapat mengurangi sampah makanan, maka kita sudah bisa mengurangi sampah makanan di Indonesia sebesar 3 juta ton/tahun atau setara dengan menghemat biaya hingga 6 Triliun rupiah. Sebuah angka yang sangat besar, apalagi jika kita dapat mengalihkan dana tersebut menjadi suatu yang bermanfaat seperti menyalurkannya menjadi bantuan pangan. Mengingat bahwa masih banyak masyarakat miskin yang kesusahan dalam mendapatkan makanan.

Bandung food smart city sebagai salah satu percontohan Gerakan pengurangan sampah makanan

       Berjuang Bersama memang terasa lebih mudah daripada berjuang sendiri. Dalam menangani foodwaste problem, terdapat salah satu komunitas yang bisa dicontoh dalam skala kota yaitu Bandung Food Smart City. Bandung Food Smart City merupakan gerakan bersama dari berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah Kota Bandung, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pengusaha, dan berbagai komunitas yang memiliki kepedulian terhadap masalah produksi dan konsumsi pangan yang bertanggung jawab untuk keberlanjutan Bumi. Dengan adanya Gerakan ini, diharapkan kota-kota lain juga dapat menduplikasi untuk menyadarkan masyarakat terhadap sampah makanan melalui pembentukan kebijakan, sosialisasi, dan juga melakukan riset. 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog “Gaya Hidup Minim Sampah Makanan”

Referensi tulisan
  • Website https://bandungfoodsmartcity.org/ dan juga media sosial Bandung Food Smart City
  • https://www.dbs.com/spark/index/id_id/site/articles/livemorekind/2020-fakta-sampah-makanan-setara-dengan-27-triliun-rupiah.html
  • Kanal Youtube “Our Changing Climate” - Food Waste causes Climate Change. Here's how we stop it.
  • https://tirto.id/darurat-sampah-makanan-di-indonesia-f3Yn

Post a Comment

2 Comments